Malam Jum’at Pon, 2 Agustus 2013/25 Ramadhan 1434H, saya bertemu Rosululloh SAW (dalam setengah sadar dan tidur).
Setelah mengikuti lailatul ijtima’ (sekitar jam 00.00 – 02.30) saya merasa lelah, pulang dan mau istirahat. Tiba-tiba pandangan didepan saya berubah seolah-olah berada di tanah yang lapang tapi sejuk. Saya melihat serombongan orang berjubah.
Saya Tanya seorang yang paling depan: “rombangan siapa?. Seseorang menjawab Rosululloh sambil menunjuk seseorang berwajah tampan. Tiba-tiba orang yang ditunjuk itu (Rusululloh) melihat saya dan menghampiri.
Beliau bersabda: “Carilah Wafif…Wafif…..Wafif……Afandi” sambil menulis huruf arab tanpa harokat dan tanpa titik. Beliau bersabda lagi: “Dia sering bertemu Saya (Rosululloh), terutama di timur tengah”. Sambil tersenyum dengan senyumnya yang sangat manis beliau berpamitan.
Setelah itu sayapun terjaga (masih dalam keadaan duduk).
Keesokan harinya saya bertanya pada seorang tokoh agama (Kyai) yang mengerti tentang hal ini. Beliau member penjelasan bahwa “Wafif” sangat alim, sakti tapi tidak bertempat tinggal, datang dan pergi sesuka hatinya. Dan tulisan pada jaman rosululloh itu tidak ada titik dan harokat.
Pertemuan pertama
Masjid Keputih Surabaya.
Setelah sholat isya’, seperti biasa melakukan wirid berjama’ah sampai selesai. Setelah itu sholat ba’diyah isya’. Tiba-tiba datang seorang Arab (seperti Habaib), dan berkata: “Bib… ayo pulang ke Ampel bareng….”. saya jawab: “saya bukan Habaib dan saya bukan dari Ampel”.
Dia berkata: “Kamu masih keturunan Rusululloh dan ayo ikut saya…”. Saya jawab: “Saya Machrus dari Lamongan, disini saya khos”. Dia jawab lagi… endak..jangan bohong… kamu keturunan dari…. (saya lupa namanya). Karena saya bersikeras tidak mengakui akhirnya beliau pergi entah kemana. (saya masih tidak mau tau siapa beliau)
Pertemuan kedua
Kira-kira awal Desember 2013. di Masjid Keputih Surabaya.
Setelah kejadian yang pertama sudah lupa… sewaktu saya mau sholat ba’diyah maghrib ada seseorang yang memegang tangan dan mengajak berdialog. Dia memperkenalkan diri: “Saya Afandi”. Saya jawab: “ya, saya Machrus” dia mengulangi perkataannya dan saya jawab dengan jawaban yang sama sampai 3 kali. (saya tidak ingat sama sekali nama (Wafif Afandi) yang dipesankan Rosululloh)
Keanehan yang terjadi:
Sesaat kemudian jamaah tiba-tiba sepi tinggal kami berdua. Beliau naik ke mimbar dan mulai berkhutbah seperti khutbah jumat, tapi diantara dua khutbah beliau berteriak Merdeka..merdeka..merdeka… setelah turun dari mimbar menghilang entah kemana.
Saya tidak begitu memperhatikan isi khutbah karena konsentrasi pada wirid. Tapi setelah wirid selesai, saya jadi bertanya2 siapa orang itu kok aneh sekali.
Besoknya saya pulang ke Jombang dan tanya pada seorang kyai. Saat itu saya baru ingat apa yang dipesankan Rosululloh.
Pertemuan ketiga
Kira-kira pertengahan Pebruari 2014, dekat tempat pemakaman di keputih. Alm Aba (ayah) mengajak menemui muridnya (Dosen Mesin ITS). Sepulang dari muridnya, kami sholat isya’ di masjid keputih. Sehabis sholat ayah berkata: “didekat sini ada orang Arif billah”. Sepontan saya cerita perihal saya ke Abah (saya jarang cerita perihal apapun ke orang tua). Beliau tersenyum (menandakan sudah tau) dan berkata: “Nanti kamu akan ketemu lagi”. Dan hari itu pertemuan terakhir saya dengan Ayah sebelum pertemuan terakhir di Rumah Sakit.
Keesokan harinya saya bertemu lagi. Beliau berkata sedikit berteriak, “Kamu ingin jadi Kyai? Gampang kalau kamu mau, gae opo dadi kyai”. Saya ndak tau perkataan itu ditujukan kepada siapa, yang jelas ada seorang bersepeda memakai helm hitam dan saya. Disaat konsentrasi saya ke wajah orang bersepeda itu beliau menghilang lagi entah kemana.